Two Pillars of Trust

Romy RafaelKetika mendengar kata Hipnotis, apa yang ada di pikiran Anda?

Tipu-tipu, sihir, magic, bantuan jin? Banyak orang menganggap hipnotis sesuatu yang bersifat magic, klenik, atau bantuan jin. Tetapi sisi yang berbeda saya temukan ketika mengikuti pelatihan hipnotis & hipnoterapi. Bahkan salah satu sahabat saya, Hari Dewanto, seorang pakar hipnotis, mengatakan bahwa “orang bilang ini magic karena mereka tidak tau caranya. Ini ilmiah sekali. Siapapun bisa belajar dengan cepat. Ini akan jadi seperti magic, kalau mereka tidak tahu caranya”. Menarik sekali rekan-rekan, akan terlihat seperti magic kalau kita tidak tau caranya.

Persis sekali dengan kepemimpinan. Meskipun ini hal yang umum, tetapi banyak orang masih belum tau bagaimana memimpin secara efektif. Kalau ada pemimpin yang bagus, orang sering bilang, itu memang bakat dia, cuma dia yang bisa begitu. Saya baca berita di kompas online tentang Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki). Waktu itu ia berhasil mempersuasi salah satu warga negaranya untuk tidak jadi bunuh diri. Uniknya, ada yang berkomentar “bapak ini menguasai ilmu sugesti pikiran yang sangat kuat”.

Memang menjadi pemimpin yang efektif tidaklah mudah. Hasil survey yang dilakukan MSN.com menunjukkan bahwa 42% manager (orang yang diangkat untuk memimpin tim tertentu) gagal dalam 18 bulan. Gagal disini dalam artian dia tidak capai target, atau tidak ada kemajuan berarti sesuai yang diharapkan, atau tidak bisa memenuhi job descriptionnya. Dari 42% ini, 82% nya gagal salah satunya karena tidak mampu membangun kepercayaan dari tim.

Di sini bisa kita lihat bahwa pemimpin yang efektif harus mampu membangun trust, keyakinan bahwa dia dapat diandalkan, dari anggota tim atau partner kerjanya. Jadi, kalau Anda ingin lebih efektif sebagai pemimpin, Anda harus mampu membangun trust sebagai dasar kepemimpin Anda.

Pusta Hery Kurnia - Trust

Ada dua pilar utama dalam membangun trust.

Yang pertama adalah kompetensi. Orang akan percaya dengan Anda, jika Anda mampu menunjukkan bahwa Anda kompeten di bidang Anda. Anda mampu menjadi pemberi solusi dan menyelesaikan masalah. Salah satu pemimpin yang dipercaya karena kompetensinya adalah Ignasius Jonan. Tahun 2008, ia dipercaya menjabat sebagai direktur utama PT Kereta Api Indonesia (KAI). Waktu itu, KAI merugi 80M, pelayanan konsumen sangat buruk, jadwal kereta api sering telat, punya tiket tapi tidak dapat tempat duduk dalam gerbong, stasiun banyak copet, dll. Dengan perjuangan Jonan mengalihkan fokus pelayanan pada konsumen, menciptakan system jadwal kereta on time, penjualan tiket sesuai jumlah kursi, membentuk polsuska untuk keamanan stasiun dan kereta, dll. Hasilnya? Di tahun 2013, KAI meraup untung 460M! Peningkatan lebih dari 5 kali lipat! Sekarang, KAI menjadi salah satu perusahaan terdepan di Indonesia. Karena kemampuannya mengangkat KAI, Jonan pun dipercaya menjadi Menteri Perhubungan Presiden Jokowi. Jadi, pilar dipercaya yang pertama adalah Anda harus punya kompetensi di bidang Anda.

Yang kedua adalah relasi. Kalau ada orang asing, tiba-tiba datang ke Anda dan pinjam HP, apakah Anda akan memberikannya? Kemungkinan besar tidak. Tetapi kalau yang pinjam HP adalah orang tua Anda, anda akan berikan? Pasti. Bedanya dimana? Relasi. Tingkat kedekatan Anda dengan seseorang menentukan level trust Anda dengan dia. Jika Anda ahli membangun relasi, Anda juga akan cenderung lebih mudah memperoleh trust. Salah satu sahabat saya, Sufriyadi, seorang asisten manajer di perusahaan kelapa sawit. Suatu ketika Ia terlibat perdebatan dengan seorang petani. Petani tersebut memaksa untuk memasukkan buah dibawah standar. Sufri dengan tegas menolak. Petani naik pitam dan mengalungkan parang ke leher Sufri, mengancam akan membunuh. Sufri memandang petani itu dan mengatakan “Bapak bunuh saya, urusan kita belum tentu selesai. Akan ada keluarga dan perusahaan yang cari bapak. Saya hanya menjalankan amanah perusahaan. Kalau saya ijinkan, saya salah, bapak juga salah. Tenang dulu pak. Turunkan dulu parangnya.” Singkat cerita, Sufri berhasil meyakinkan petani. Nah ini yang menarik. Malamnya, Sufri datang ke rumah petani tersebut sambil membawa gula dan kopi. Sambil minum kopi, Sufri berkata “Pak, saya mohon maaf untuk kejadian tadi siang. Saya hanya menjalankan tugas. Bapak pasti paham posisi saya. Justru karena saya peduli dengan bapak saya harus tegas. Sekali lagi saya mohon maaf pak.”. Jadi, pilar ke dua dari trust adalah Anda harus ahli membangun relasi.

Sahabat, kedua pilar ini kompetensi dan relasi, harus Anda kembangkan dengan baik. Trust yang Anda dapat tidak akan maksimal hanya dengan kompetensi atau relasi saja. Harus kedua-duanya. Jika Anda benar-benar menguasai bidang Anda dan mampu menjalin relasi yang baik, Anda akan mudah sekali memperoleh trust. Dan dengan trust ini Anda akan jauh lebih efektif sebagai pemimpin.

Leave a comment